Jakarta, Faktual24.Com – Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri memprediksi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pertalite lebih mahal dibandingkan solar. Sebab, pemerintah akan menjaga kenaikan harga solar agar tidak melonjak lantaran bisa berpengaruh lebih besar terhadap inflasi.
โSaya cukup yakin pemerintah akan menjaga harga solar tetap sangat murah karena efek inflasinya,โ ujar Faisal kepada awak wartawan.
Faisal Basri menjelaskan kenaikan harga solar bisa berdampak signifikan ke inflasi karena konsumennya didominasi kendaraan angkutan. Oleh karena itu, kenaikan solar diperkirakan berdampak pada logistik, sehingga bisa mengakibatkan harga barang lainnya naik.
โPertalite itu tidak akan menimbulkan inflasi yang spiral. Solar kan (buat) harga barang naik, sehingga inflasinya naik lebih cepat,โ imbuhnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi pada CNBC Indonesia mengatakan kenaikan harga solar maupun pertalite akan membuat inflasi melonjak.
โIni ada hitungan risiko. Kalau itu kita biarkan sesuai dengan harga pasar dan keekonomian, inflasi kita juga bisa meledak,โ ujarnya.
Hal tersebut, kata Jokowi, membuat pemerintah masih menahan harga BBM subsidi meskipun harga minyak mentah dunia sudah melambung tinggi. Caranya, dengan memilih opsi menambah anggaran subsidi energi.
Subsidi terlalu Tinggi
Menurutnya, dengan harga minyak mentah dunia saat ini, harga keekonomian pertalite di kisaran Rp17.100 per liter. Tetapi faktanya, Indonesia masih menjual pertalite Rp7.650 per liter.
Begitu pula dengan solar, yang harga keekonomiannya saat ini di kisaran Rp19 ribu per liter, tetapi masih dijual Rp5.150 per liter oleh PT Pertamina (Persero).
Tak cuma pertalite dan solar, pertamax pun harganya masih disubsidi oleh badan usaha sehingga hanya dijual Rp12.500 per liter. Padahal, harga keekonomiannya Rp17.300 per liter.
Keputusan yang diambil pemerintah untuk mempertahankan harga inilah yang membuat anggaran subsidi membengkak menjadi Rp502,4 triliun dari sebelumnya Rp170 triliun.
โItu ada plus minusnya atau daya beli masyarakat menjadi turun atau lari lagi ke growth kita menjadi turun juga karena konsumsi rakyat menurun. Ini pilihan-pilihan. Memang sekali lagi dunia dalam keadaan sulit dan kita pun berada dalam posisi itu. Kita hanya memiliki keuntungan harga komoditas,โ pungkas orang nomor satu di Republik Indonesia. (Red)