Internasional, Faktual24.Com – Salah satu media Amerika Serikat, The Washington Post mengungkap detik-detik tragedi Kanjuruhan pecah hingga menelan korban setidaknya 131 jiwa. Sabtu, (8/10/22).
Peristiwa menegangkan tersebut, diungkapkan melalui serangkaian video yang mereka himpun dan verifikasi.
Secara keseluruhan, video-video itu menunjukkan ketegangan usai laga Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10).
Berdasarkan penelusuran The Washington Post, aparat menembakkan setidaknya 40 amunisi tak mematikan ke arah penonton, padahal FIFA melarang tindakan tersebut.
Amunisi itu termasuk gas air mata, yang dianggap memicu kepanikan luas hingga para penonton berdesakan ke luar stadion.
The Washington Post tak merinci jumlah gas air mata yang ditembakkan. Namun, kepolisian menegaskan bahwa petugas hanya melepaskan 11 tembakan gas air mata.
Di tengah kesesakan akibat gas air mata, banyak penonton terjatuh dan terinjak-injak. Terlebih lagi, pintu terlalu sempit yang menyebabkan penonton sulit keluar lapangan.
Di sisi lain, video-video terhimpu The Washington Post dilihat oleh Profesor Universitas Keele, Clifford Stott.
Stott kemudian mengatakan bahwa biang kerok tragedi ini adalah campuran antara tindakan polisi dan keburukan manajemen stadion.
Berikut detik-detik tragedi Kanjuruhan yang terekam dalam serangkaian video yang diverifikasi The Washington Post tersebut.
pada 21.39 wasit meniup peluit berakhirnya pertandingan Arema vs Persebaya.
Para penggemar Arema alias Aremania tak terima tim idola mereka mereguk kekalahan pertama dalam 23 tahun belakangan, di kandang sendiri.
Ketika para anggota Arema bersiap meninggalkan lokasi, sejumlah penggemar turun dari tribun menuju lapangan untuk menghampiri pemain.
Pada 21.45 Ratusan penonton berhamburan ke lapangan.
Dua menit setelah pemain Arema digiring keluar lapangan, pasukan keamanan mulai memukul mundur dan memecah massa.
Petugas berseragam militer memukul mundur penonton ke tribun sektor 11, 12, dan 13. Mereka menendang dan memukuli para penonton dengan tongkat.
Sejumlah penonton terlihat terjatuh ketika mencoba memanjat besi pembatas untuk kembali ke tribun.
Sekitar 21.50 kepolisian menembakan gas air mata dan flare
Gas air mata yang ditembakan ke arah tempat duduk penonton mengepul di bagian selatan stadion.
Penonton di tribun sektor 9 dan 10 mengatakan kepada The Washington Post bahwa mereka batuk-batuk, sementara mata juga mulai berair.
Di tribun sektor 12 dan 13, para penonton mulai diselimuti bahan kimia. Para saksi mata mengaku mendengar tangisan dari tribun sektor 13.
“Gas itu panas,” ujar Elmiati, seorang penonton yang duduk di dekat pintu keluar 13 bersama suami dan putranya yang berusia 3 tahun.
Ia lanjut bercerita, “Mereka terus menembak ke arah tribun, tapi orang-orang di sana tak tahu apa yang terjadi. Bukan kami yang lari ke lapangan,” terangnya di kutip dari CNNindonesia.com
Ketika asap mulai menyesaki tribun sektor 12 dan 13, banyak penonton kembali melompat ke lapangan untuk kabur.
Sementara itu, penonton lain berupaya keluar stadion, tapi pintu tertutup. Mereka terpaksa melompat ke lapangan juga untuk mencari jalan keluar lain.
Petugas lantas menembakkan gas air mata lagi ke arah selatan stadion.
“Semua orang panik. Pendukung panik karena mau keluar, dan pasukan keamanan juga panik. Kedua belah pihak panik dan menjadi lingkaran setan,” ujar fotografer di lokasi, Ari Bowo Sucipto. (Red)