Jakarta, Faktual24.Com – Bisnis Ojek Online (Ojol) disebut gagal oleh pakar transportasi karena membuat tak nyaman para driver-nya. Rabu, (12/10/22).
Penilaian tersebut dari Pakar transportasi, Djoko Setijowarno, lantaran para driver kerap mengeluh dan melakukan ujuk rasa. Menurutnya, para pengemudi Ojol sebagai mitra tidak merasakan peningkatan pendapatannya karena tergerus potongan fasilitas aplikasi yang sangat besar.
โKegagalan bisnis transportasi daring sudah terlihat dari pendapatan yang diperoleh mitranya atau driver ojek daring,โ ujar Djoko lewat keterangan tertulis pada Senin, 10 Oktober 2022.
Menurut Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata itu, saat ini pendapatan rata-rata driver ojol di bawah Rp3,5 juta per bulan. Jumlah tersebut bisa dihasilkan dengan lama kerja 8-12 jam sehari, selama 30 hari kerja tanpa adanya hari libur selayaknya mengacu aturan Kementerian Ketenagakerjaan.
โPendapatan ojek daring rata-rata masih sebatas kurang dari Rp 3,5 juta per bulan,โ ucap Djoko.
Angka tersebut, kata Djoko, tidak sesuai dengan janji aplikator pada tahun 2016 yang menjanjikan mencapai Rp8 juta per bulan. Sehingga saat ini, lanjut dia, sulit menjadikan profesi pengemudi ojol menjadi sandaran hidup, karena aplikator tidak membatasi jumlah pengemudi, yang menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand.
Selain itu, dia menilai para driver ojol juga bekerja dalam ketidakpastian karena status keren sebagai mitra. Akan tetapi, realitanya tanpa penghasilan tetap, tidak ada jadwal hari libur, tidak ada jaminan kesehatan hingga jam kerja tidak terbatas.
Selain itu, jumlah pengguna jasa ojol juga mengalami penurunan karena masyarakat memilih mengurangi penggunaan layanan transportasi online tersebut dan beralih ke angkutan lainnya setelah adanya kenaikan tarif ojol per 11 September 2022.
โPenyesuaian (kenaikan) tarif Ojol yang hampir bersamaan dengan kenaikan harga BBM cukup dirasakan oleh masyarakat. Meski sebagian masyarakat memahami bahwa kenaikan tarif bertujuan untuk kesejahteraan pengemudi,โ kata Djoko.
Adapun, berdasarkan hasil survel Badan Kebijakan Transportasi 2022, masyarakat menyatakan tarif yang berlaku wajar adalah sebesar 52,32 persen. Reaksi terhadap biaya jasa (tarif) terbaru, sebanyak 49,76 responden memilih tetap menggunakan ojek online, sedangkan mayoritas atau 50,24 persen responden memilih mengurangi frekuensi penggunaan jasa ojek online tersebut.
Beberapa masukan dari masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan para pengemudi Ojol di antaranya mengenai penyesuaian tarif, pengadaan bonus/reward, peningkatan pelayanan, penurunan potongan aplikator, dan penurunan harga BBM.
Perbandingan Pengeluaran dengan Pendapatan Driver Ojel
Djoko juga menyayangkan pengeluaran pengemudi lebih besar daripada penghasilannya. Hal ini merupakan salah satu dampak dari penyesuaian tarif yang menyebabkan jumlah pesanan cenderung menurun, sehingga berdampak pada penghasilan pengemudi.
Dari sisi profilnya, masyarakat pengguna jasa Ojol didominasi oleh pria (53 persen), pekerjaan sebagai karyawan swasta (35,40 persen) dan pendapatan per bulan terbanyak di bawah Rp3 juta.
Dari segi pengeluaran, kebanyakan menghabiskan kisaran Rp10.000 โ Rp25.000 (51,41 persen) untuk pemesanan ojol dan kurang dari Rp25.000 (41,47 persen) untuk transportasi lainnya. Kebanyakan masyarakat mengaku alasan menggunakan ojol karena lebih praktis (37,29 persen) dan lebih cepat (32,28 persen). (Red)