Hedonisme menurut anggapan umum identik dengan hidup mewah dan foya-foya tanpa memedulikan dampak kepada diri sendiri atau orang lain termasuk bencana di masa depan.
Bisa dikatakan hedonisme adalah hal negatif, benarkah demikian? Mari kita cari tahu.
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, muncul pada awal sejarah filsafat sekitar 433 SM. Hedonisme atau hedonimus adalah akar kata dari hedone.
Hedonisme hadir untuk menjawab pertanyaan Sokrates tentang tujuan akhir manusia yang sebenarnya, “apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?”
Selanjutnya, lahir tiga aliran filsafat hedonisme:
Aliran Cyrenaic
Aristippos merupakan filsuf yang mempelajari Protagoras. Ia berasal dari Kirene, Afrika Utara. Aristippos bertemu dan berhubungan baik dengan Sokrates di Yunani. Setelah Sokrates meninggal, Aristippos mendirikan sekolah bernama Cyronaic.
Singkatnya, Aristippos menemukan jawaban dari pertanyaan Sokrates di awal. Ia mengatakan, “Hal terbaik bagi manusia adalah kenikmatan. Masa lalu hanya ingatan akan kesenangan dan masa depan adalah hal yang belum jelas.”
Menurut Aristippos, kesenangan adalah hal terbaik bagi manusia, sehingga mencari kesenangan adalah keutamaan.
Kesenangan menurut Aristippos bersifat badani (gerakan badan). Selanjutnya, ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:
- Gerak kasar, yang menyebabkan tidak senang seperti rasa sakit;
- Gerak halus, yang membuat kesenangan;
- Tiada gerak, yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.
Menurut Aristippos, meskipun kesenangan adalah hal yang utama, kesenangan tetap memerlukan pengendalian diri. Pengendalian diri ini berpengaruh terhadap kesenangan yang diperoleh untuk menghindari kesedihan dan kesakitan.
Aliran Epicureanisme
Mengikuti Aristippos, Epicurus filsuf materialisme asal Yunani (341-270 SM) sepakat bahwa hal yang utama adalah kesenangan.
Menurut Epicurus, “Hidup ini mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit, tapi semakin rumit kesenangan, maka semakin orang tidak bahagia. Tidak mungkin orang senang tanpa hidup secara bijaksana dan adil. Meskipun kesenangan itu baik, tidak semua kesenangan harus dipenuhi. Kesenangan yang menyebabkan rasa sakit harus dihindari, sementara rasa sakit yang melahirkan kesenangan harus dijalani.โ
Menurut Epicurus, kesenangan bisa diperoleh dengan penataan keinginan, diantaranya: natural-necessary, kebutuhan alamiah; natural-unecessary, keinginan alamiah yang tidak perlu dipenuhi; dan unnatural, keinginan yang tidak alamiah.
Namun, Epicurus tidak fokus pada gerakan badan seperti Aristippos. Menurut Epicurus, kesenangan dan ketenteraman hati didapat dari kebijaksanaan, pengetahuan, dan persahabatan.
Aliran Utilitarianisme
Menurut aliran Utilitarianisme, John Stuart Mill dan Jeremy bentham, moralitas dan hukum dibuat untuk manusia bukan manusia untuk hukum dan moralitas. Artinya, semua tindakan orang harus mencapai jumlah kebahagiaan terbesar.
Namun, John Stuart Mill dan Jeremy Bentham memiliki perbedaan pendapat.
Menurut John Stuart Mill, ada tingkat kesenangan yang berbeda antara kualitas kesenangan yang lebih tinggi dan kesenangan yang berkualitas rendah (Qualitative hedonism).
Sementara menurut Jeremy Bentham, semua kesenangan memiliki nilai kebaikan yang sama asalkan jumlah atau kuantitasnya sama (Quantitative hedonism).
Dengan demikian, ketiga aliran tersebut mempunyai pandangan yang berbeda-beda terkait kesenangan.
Sementara pandangan umum terkait hedonisme dianggap negatif adalah penafsiran kesenangan yang hanya sebatas materil.
Di sisi lain, ada lima ciri kenapa hedonisme dianggap negatif:
- Egoisme, kesenangan ini hanya memikirkan individu tanpa memedulikan kesenangan orang lain;
- Materialisme, kesenangan materi menjadi tujuan utama;
- Extravagant (boros), mengejar kesenangan bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan gaya hidup;
- Konsumerisme, orang merasa eksis dan senang ketika mengkonsumsi hal terbaru;
- Suporficial (dangkal), melihat segala sesuatu hanya dari tampilannya saja.
Meskipun semua aliran Hedonisme bertujuan untuk mencari kesenangan, tetapi terdapat dua kelas di dalamnya, yaitu:
- Higher-hedonism
Kesenangan dari kemewahan bukan kesenangan final karena masih ada yang lebih tinggi dari level materi. Kesenangan sesaat hanya jembatan bagi kesenangan esensial. - Base-hedonism
Mencari kesenangan materi secara langsung tanpa tujuan lain.
Kedua kelas hedonisme tersebut menjelaskan bahwa kesenangan yang esensial adalah kesenangan yang seharusnya menjadi tujuan, sementara kesenangan sesaat adalah bonus untuk mencapai kesenangan yang menjadi tujuan.
Menurut Victor Frankl dalam buku Man’s Search for Meaning, “Kebahagian adalah hasil sampingan yang tak disengaja saat kita mengabdikan diri untuk tujuan yang lebih besar.”
Bagi penganut hedonisme terdapat beberapa perspektif yang menjadi pertimbangan. Salah satunya, perspektif paradoks hedonisme. Menurut perspektif ini ketika seseorang terus mencari kesenangan, maka ia tidak dapat menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang nyata dalam jangka panjang ataupun jangka pendek.