Aku Tak Ingin Mencintaimu Senasib Tan Malaka

Picture of Redaksi

Redaksi

Aku Tak Ingin Mencintaimu Senasib Tan Malaka
Gambar Tan Malaka dan Soekarno (Istimewa)

Siapa yang tak kenal Tan Malaka? seorang tokoh revolusioner dan founding parents bangsa Indonesia.

Tan Malaka dikenal berpendirian teguh dan anti negosiasi soal kesejahteraan. Contohnya, Tan pernah berkata, โ€œTak ada tuan rumah yang berunding dengan malingโ€. Perkataan itu tanpa ada tedeng aling-aling menolak segala bentuk penjajah yang dialami bangsa Indonesia. Frasa itu dia lontarkan kepada Soekarno yang selalu mengutamakan diplomasi atau perundingan kepada penjajah.

Selain ketegasan sikapnya, Tan Malaka telah banyak menyumbang pemikiran bagi bangsa Indonesia. Misalnya, salah satu karya terbesarnya matrealisme, dialektika, dan logika (Madilog). Buku itu mengajarkan kita untuk berpikir secara rasional.

Dari semua kehebatan Tan Malaka, saya tertarik membahas kisah cintanya. Menurut saya, dunia percintaan Tan Malaka tak serasional pemikirannya, tak sesuai karya-karya dan perjuanganya.

Soal percintaan, Tan Malaka bisa dikatakan mengenaskan. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Misalnya pada umur 17 tahun, dia menghadapi pilahan yang cukup sulit. Dia dipaksa memilih menikah dengan wanita pilihan ibunya atau menyandang gelar Datuk.

Tan Malaka menolak perjodohan dan lebih baik menyandang gelar Datuk. Di sisi lain, ternyata dia sudah memiliki wanita yang sangat dicintai. Wanita itu bernama Syarifah  Nawawi, anak keempat Nawawi Sutan Makmur, guru bahasa melayu di Kweekschool, Bukittingi.

Ternyata benih cinta itu sudah tumbuh saat Tan Malaka dan Syarifah menempuh pendidikan di Kweek. Tan Malaka berpisah dengan Syarifah karena harus meneruskan sekolahnya di Belanda. Namun, cintanya tetap menggeliat dengan sebuah surat yang terus-menerus dikirim kepada Syarifah.

Surat Cinta Tan Malaka

Suatu hari, Tan Malaka mengirim surat cinta kepada Syarifah. Di dalam surat itu, dia tuangkan semua perasaannya kepada Syarifah. Naas, Syarifah menolak cinta Tan Malaka. Dari kisah cintanya, tidak tahu pasti kenapa Syarifah menolak. Menurut saya, Tan Malaka kena PHP atau hanya terlalu percaya diri kalau Syarifah mencintainya.

Singkat cerita, Syarifah menikah dengan Bupati Cianjur, Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema. Ternyata pernikahan Syarifah kandas, dia bercerai pada tahun 1924. Rumor itu terdengar oleh Tan Malaka. Akhirnya, dia kembali mendekati Syarifah yang sedang patah hati, berharap bisa menjadi obat dari hati yang terluka. Tragis, dia kembali mendapat penolakan.

Cinta Tan Malaka Kerap Ditolak

Tan Malaka menceritakan kisah cintanya kepada Adam Malik. Selain kisah cintanya yang tragis dengan Syarifah, dia cerita ada tiga sosok wanita yang sempat mengisi hatinya; dua wanita asal Belanda dan satu wanita asal Filipina. Sayangnya, semua cinta itu tak sampai atau bertepuk sebelah tangan.

Hemat saya, Tan Malaka lupa terhadap nilai rasional sekaligus irasional yaitu cinta. Pendekatan matrealis Tan Malaka tidak berbanding lurus dengan rasa yang tumbuh. Terlebih lagi, wanita adalah mahluk serba misteri.

Sehubungan dengan itu, saya ingat ada sebuah buku best seller yang berjudul โ€œevery-thing men know about womenโ€ yang memiliki 100 halaman, tetapi isinya kosong tanpa ada satu kalimat pun yang tertulis. Buku itu meminta agar pembaca menulis sendiri tentang wanita. Buku itu menggambarkan wanita adalah sebuah misteri bagi pria.

Soekarno Moncer Soal Cinta

Di satu sisi, kisah cinta Soekarno terbilang mocer. Jauh berbeda dengan Tan Malaka, Soekarno memiliki sembilan istri. Soekarno mudah mendapatkan wanita, mulai dari anak angkatnya, ibu kosnya hingga wanita asing.

Mungkin Soekarno penganut Hukum Gossen 1, bahwa โ€œpemenuhan kebutuhan atas suatu jenis barang secara terus-menerus akan menurunkan tingkat kepuasannyaโ€. Oleh karena itu, tingkat kepuasan itu harus terjaga dan diimbangi dengan beberapa jenis yang berbeda, bahkan dengan wanita yang berbeda.

Kisah cinta Tan Malaka yang bertepuk sebelah tangan memang tragis, tapi apakah cinta lebih dari satu orang seperti Soekarno akan lebih membahagiakan?

Sementara diriku, jika boleh memilih nasib, aku tak ingin seperti Soekarno yang membagi cintanya kepada banyak wanita. Namun, aku pun tak ingin seperti Tan Malaka yang cintanya tragis karena bertepuk sebelah tangan. Aku hanya ingin bersama satu orang dan duduk dipelaminan.

Sungguh beruntung orang-orang yang saling mencintai dan menua bersama.

Penulis: Kabut