Perlukah Kita Dukung Palestina di Media Sosial?

Picture of Fahmi Firmansyah

Fahmi Firmansyah

Perlukah Kita Dukung Palestina di Media Sosial?
Ilustrasi perjuangan Palestina (Foto Istimewa)

“Ngapain ngurusin Palestina, negara kita aja masih belum bener.” Kita pasti pernah mendengar ada orang yang berbicara demikian.

Saya jelas sepakat kalau negara Indonesia tercinta ini jauh dari kata benar – sesuai Pancasila dan UUD NRI 1945, tapi ada kesalahan berpikir jika menggunakan logika demikian terhadap konflik yang tengah terjadi di Palestina.

Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan terhadap pembaca yang kebetulan mempunyai cara berpikir seperti di atas:

Pertama, apakah Indonesia tengah mengalami bom di mana-mana? Pembunuhan masyarakat sipil secara massal, terlebih anak-anak?

Kedua, apakah indonesia tengah mengalami krisis air, makanan, bahkan kain kafan untuk membungkus jenazah?

Ketiga, Apakah Indonesia mengakhiri tahun ajaran karena seluruh siswa telah meninggal? Silakan pembaca renungkan saja pertanyaan-pertanyaan tersebut.

“Percuma berkoar-koar di media sosial, toh gak akan berpengaruh apa-apa.” Ya, mungkin apa yang kita kemukakan di sosial media tidak dilihat oleh para petinggi Israel atau para aktor dibalik penyerangan terhadap Palestina.

Tapi setidaknya, unggahan di sosial media secara massif dapat memberikan efek yang besar dan membuka mata banyak orang terkait kekejaman Israel terhadap Palestina. Buih jika banyak dapat menjadi gelombang yang dapat menghantam.

Dampak Dukungan Media Sosial

Jika semua masyarakat Indonesia memberikan suaranya untuk mendukung dan memberikan informasi terkait yang tengah terjadi di Palestina, maka dunia akan tahu bagaimana kejinya Israel melakukan penyerangan terhadap Palestina. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki,

“Saya percaya bahwa masyarakat sipil individual, mereka punya senjata yang paling ampuh. Kita tahu bahwa semuanya punya smartphone, dan semua orang punya sosial media. Gunakanlah itu untuk Palestina. Ini merupakan senjata ampuh untuk membantu kami. Sosial media bisa menyebarkan kepada dunia tentang Palestina, tentang perjuangan Palestina, tentang penderitaan Palestina. Ini bisa menjadi support (dukungan) yang sangat besar bagi kita.”

Saya mengajak teman-teman pembaca untuk tetap menyuarakan di sosial media terkait konflik yang tengah terjadi di Palestina. Mari ubah cara pandang kita dengan mengedepankan kemanusiaan. Pembunuhan, diskriminasi, perampasan, dan penindasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina bukanlah hal yang patut dinormalisasi, tapi harus dilawan dan diperjuangkan.

Seperti kita ketahui Israel menganggap Hamas sebagai teroris yang kemudian membuat banyak orang percaya dan mengutuk perjuangan Hamas. Ketika teroris sudah menuduh korbannya sebagai teroris, cuma orang sinting yang masih membela mereka. (Ismail Al-Alam, 2023)

Sebagian orang akan mengecam tiap kali warga Palestina mengangkat senjata untuk mengusir tamu yang tak diundangnya itu. Meskipun saya tidak sepakat dengan pendekatan masalah melalui kekerasan, upaya nirkekerasan yang ditawarkan berbagai kalangan untuk meredam konflik Palestina dan Israel hanya diamini oleh pihak Palestina saja, tidak oleh Israel.

Oleh sebab itu, begawan nirkekerasan asal India, Mahatma Ghandi mencegah kepengecutan berkedok tindakan nirkekerasan. Jika hanya ada dua pilihan ketika menghadapi kolonialisme, kekerasan, atau kepengecutan, ia akan memilih kekerasan.

Menurutnya, pentingnya menggunakan kekerasan pada saat yang berbahaya untuk mempertahankan dan membela diri adalah yang utama karena menunjukan keteguhan hati.

Pesan Soekarno

Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno mengingatkan kita untuk tetap membantu memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina,

โ€œSelama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,โ€

Jadi, masih akan berpikir untuk tidak ikut menyuarakan apa yang terjadi di Palestina?