Mencari Kebahagiaan

Fahmi Firmansyah

Fahmi Firmansyah

Mencari Kebahagiaan
Foto Ilustrasi Kebahagiaan seseorang berbeda-beda

Secara naluriah, manusia membutuhkan kenyamanan untuk dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan.

Untuk mencapai kenyamanan, seseorang perlu merasakan kebahagiaan. Namun, rasanya sulit mengukur kebahagiaan seseorang secara keseluruhan.

Terlebih lagi, setiap orang mempunyai perbedaan dalam mengukur kebahagiaannya.Setiap manusia mempunyai parameter kenyamanannya masing-masing. kenyamanan satu orang akan berbeda dengan kenyamanan orang lain.

Contohnya, ada orang nyaman di keramaian; ada juga yang nyaman di kesepian; nyaman memberikan cinta, nyaman dicintai; nyaman dengan gagasan perubahan; dan nyaman dengan gagasan keberlanjutan.

Karena itu, setiap orang mempunyai kadar kenyamanan dan kebahagiaannya masing-masing.

Kita ambil contoh dua tipe kepribadian introvert dan ekstrovert. Biasanya seorang introvert memiliki kecenderungan menikmati waktu dalam kesendirian, bergulat dengan pikiran dan imajinasinya.

Sebaliknya, ekstrovert lebih nyaman menikmati waktu dalan keramaian, bertemu banyak orang untuk bergaul.

Hal ini tampak jelas bagaimana parameter kenyamanan seseorang tidak dapat disamaratakan.

Perspektif Martin E. Seligman

Seorang profesor psikologi asal Amerika yang berpikir revolusioner, Martin E. Seligman (2000) menjelaskan ada tiga dimensi dalam mewujudkan kebahagiaan:

1. Pleasant LifeDalam dimensi ini seseorang bahagia dalam tahap kesenangan. Artinya, kebahagiaan berasal dari kesenangan. Sayangnya, mencari kesenangan semata akan berujung pada kebahagiaan yang singkat. Pasalnya, kebahagiaan itu bersifat materil yang hanya memuaskan panca indra saja.

Pertanyaan sederhananya, apakah hidup yang kita jalani sudah senang?

2. Good LifeDalam dimensi ini, seseorang disebut bahagia ketika berada dalam tahap mengaplikasikan nilai-nilai yang ada dalam dirinya.

Seseorang itu, tidak lagi mengukur kebahagiaan dari kesenangannya atau, tetapi dengan parameter nilai-nilai yang ideal.

Parameter ideal yang dimaksud adalah: Apakah hidup yang kita jalani sudah baik? Apakah hidup yang kita jalani telah sesuai dengan nilai-nilai yang kita percaya?

3. Meaningful LifeDalam dimensi ini seseorang bahagia lebih panjang dan lebih bermakna. Pasalnya, puncak kebahagiaannya adalah memberikan manfaat bagi orang lain atau hidup dengan lebih bermakna.

Parameter dalam tahap ini adalah: Bermanfaat atau tidak hidup yang kita jalani bagi orang lain? Bermakna atau tidak hidup yang kita jalani sekarang?

Ketiga dimensi ini dapat menjadi parameter bagi pembaca dalam mengukur kebahagiaan dan kenyamanan dalam hidup yang saat ini dijalani.

Pertanyaan besarnya, berada pada tahap manakah hidup yang kita jalani:

Apakah masih di tahap Pleasant Life? Good life? Atau sudah di tahap Meaningful Life?